Senin, 01 September 2008

Sajak Jadul


Sajak Mashuri

Rahim Matahari

matahari telah berpinak di rahimku
kutahu waktu lain tercipta, terpahat dari kaca
lalu sepasang kelamin bercermin
mendedah ingin
di puncak menara, sambil menanting angin
lalu berkisah tentang tanda

sebuah hujan, katanya, tak bakal turun
dalam kurun
ke sekian
kerna surya dengan matanya
adalah sihir
kerna batu-batu karang terjelma dari alir
tertahan, sahwat tertahan
dan mimpi merah
kerna dusta lah jadi dosa

lalu kubasuh ketelanjangan dengan janji
farji di kali
kusulut kembali mimpi dengan benih
ketika senja, saat malam bakal menikam
kubisikkan sebuah lagu panjang
tentang mambang
pralambang

saat ada yang sekarat
kutahu, sebuah nyala berpendar dari marmar darah
dan bukit-bukit tercipta dari luka
kerna setiap yang bernama garba
akan kembali pada karma
seperti perulangan, timbal balik
dan sebuah kuntum tak memberi ampun
pada kematian embun

di sebuah waktu
kubaca kembali matahari
di rahimku
kutuliskan sebaris ayat tentang kesesatan
puisi
yang selalu bertanya pada api
di mana kau simpan panas, di mana kau letakkan
nafas
ketika angin berhenti
dan mimpi mati

setelah rotasi
sebuah kelahiran terjelma
bukan pagi, bukan senja, bukan pesta para kunang
hanya sebuah teriakan di luar lingkar
dengan ledakan dan bibir gemetar
: Ajal dan Ingkar

Surabaya, 2003

Sajak Mashuri

Dinasti Bayang-bayang

kita terlahir dari babi, dengan darah najis dan birahi
jika sekuntum mawar datang, disebar sesaji
pantai memberikan secuil ingatan
seperti dunia lupa pada muasal dan kembali mengingat
amsal kelahiran: liang peranakan merah
bak kembang darah-rekah

dan cinta,
hanya siasat dari perselingkuhan, agar nabi datang
di kali kala, mencuci darah dan suci
lalu mengembalikan puja pada nir kala
tentang tiada

di telinga bangkai
kita bisa melihat sebentuk gendang
jebol dan mengingatkan kita
pada sebuah lobang jebol
diterjang batu
dirajam tugu, ditusuk seribu bambu
lalu capung beterbangan dari rasa sakit
dengan mengusung orkestrasi langit
di atas merah luka
sisa kelahiran dan paksa

mungkin ruh binatang masih berdiwana
di benak kita
dan sesaji bakal kembali
di suatu nanti
dalam mimp-mimpi
dengan orang tua berkepala babi
najis, amis!

mungkin kita harus membaptis dinasti
kita
bagai bayang-bayang
pasir, diterbangkan angin
dan kita menerima segala anugerah
dengan gairah palu
memalu segala kemaluan

Surabaya, Oktober 2003

Sajak Mashuri

Guernica*


lembu-lembu jantan, kuda-kuda putih
seorang perawan, selangkang bergetih
segala nyanyian terdengar bagai gambar

di atas kanvas
nafas tumpas,
hanya cat berkhianat pada diri
tubuh terbagi
di antara segitiga, persegi
dan sebuah sudut yang menajam
menepis dan menahan
sudut-sudut tajam
lain, di kelindan, urat, aurat dan sahwat
semesta ---tamat

kesucian adalah lembu
digiring ke rumah jagal
menuju perayaan penggal!

Surabaya, Oktober 2003

*: lukisan Pablo Picasso

2 komentar:

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

salam kenal mas..
disudut ruang ini saya menulis puisi..sempat dan berkelana disini...
disepotong kotak yang aneh, saya mencantum kegilaan yang menjalar liar.. semoga.. ada tambatan pengokoh yang menyirami
semoga kita bisa berdiskusi mas

mashuri mengatakan...

salam kenal juga.. oke. saya suka ada teman berdiksusi. semoga kita bisa berdiskusi dan lebih kreatif.