Selasa, 15 Januari 2008

Metafisika Guyonan

Lembu Sekilan

Sudrun dikenal sangat sakti. Ia menguasai aji kekebalan Lembu Sekilan. Jadi setiap kali ada senjata tajam atau benda yang mengarah padanya, maka barang tadi akan terpental dengan sendirinya. Tak heran, bila ia sangat disegani, malah mendekati ditakuti oleh warga.
Tetapi hari-hari belakangan ini, tampak sekali Sudrun gundah. Keinginannya untuk membuang ilmunya itu menggebu, sehingga ia berupaya melepaskan ilmunya itu dengan berbagai cara, mulai dari mencari guru atau ahli supranatural yang bisa ‘mencopot’ ilmunya, maupun dengan melanggar pantangan yang pernah digariskan oleh almarhum gurunya dulu.
Apa pasal? Tak ada yang mengetahui dengan pasti sebab kenapa Sudrun nekad demikian. Yang jelas, sesuai dengan namanya yang ‘sudrun’ maka bawaannya memang nekad dan ekstrim melulu. Ternyata dari bekal kenekatannya itu, ia pun berhasil ‘melolosi’ ilmunya.
Hal itu terbukti ketika suatu malam ada maling yang menyatroni rumahnya. Dia tak bisa berbuat apa-apa, ketika si maling dengan nekad mengacungkan parang kepadanya. Bahkan, sebuah sabetan parang si maling membekas di lengannya dan berdarah. Tak urung, kenyataan itu menjadi gunjingan warga sekampung. “Kenapa kau lepas ilmumu, Sudrun?” tanya Pak Lurah. Sudrun diam membisu.
“Kenapa, bukankah orang-orang desa masih membutuhkan ilmumu, untuk kepentingan keamanan. Sekarang, kamu melindungi diri sendiri saja tidak bisa,” tandas Lurah lagi.
Sudrun tertunduk, lalu berkata: “Saya terpaksa, Pak Lurah,” tuturnya. “Soalnya, selama saya menggenggam ilmu itu saya miskin. Setiap kali ada rejeki atau uang datang pada saya, tidak bisa langsung saya terima. Karena apa-apa yang datang pada saya, pasti terpental begitu berjarak sekilan atau sejengkal,” tambahnya. (Mashuri)

Teka-teki Jodoh

Koclok tergolong perjaka tua, buruk rupa dan miskin. Usia sudah 40 tahun, tapi ia belum bertemu jodoh. Ia sudah berusaha mati-matian mencari, mulai dari pihak keluarga, ikut biro jodoh, hingga ia pernah mencoba bunuh diri agar ditabrak seorang gadis, lalu sebagai tebusannya: si gadis diperistri. Tetapi usaha Koclok selalu membentur dinding tebal. Alias gagal.
Dari seorang kenalan, ia mendapatkan kabar di kampung sebelah, ada dukun jempolan. Konon, si dukun ini tidak hanya pandai untuk mempertautkan dua hati yang berjauhan, tetapi juga bisa memastikan jodoh seseorang. Meski kabar itu terkesan ngibul, Koclok tak ambil peduli. Ia pun ke dukun itu.
“Tolong dilihat jodoh saya, Mbah!” tutur Koclok pada si dukun.
Dukun lalu mengambil air putih di baskom. Dimasukannya minyak wangi ‘seribu kesturi dari surga paling tinggi’. Tidak lupa, juga dimasukkan kembang ‘sejuta rupa dari taman bidadari’. Lalu bibir si dukun yang mulai peot itu pun komat-kamit. Konon, dengan cara itu, si jodoh akan tergambar di baskom dengan jelas. “Abracadabra. Kamu lihat sendiri ke dalam baskom!” titah si dukun.
Koclok lalu mencari-cari bayangan di baskom itu. Hasilnya, tak ada apa-apa. “Gak ada, Mbah!” tuturnya.
Dukun lalu pasang aksi lagi seperti tadi. Aksi si dukun bertambah lama. Kayaknya doanya ditambah. “Lihatlah!” tutur dukun dengan mata terpejam. Koclok mencari, ia terkesima dengan bayangan wajah di baskom itu. Dilihatnya dengan seksama. Ia merasa wajah cantik itu sangat dikenalnya. “Sudah ketemu?” tanya dukun sambil membuka mata.
Koclok menggelengkan kepala. Si dukun pun angkat tangan, karena ia mengaku sudah berusaha habis-habisan. Koclok lalu pamit. Begitu keluar dari rumah, ia berguman: “Ah, masak jodoh saya itu Desi Ratnasari”. (Mashuri)

Jin Pengintip

Di sebuah pemandian kuno di lereng gunung, yang telah menjadi tempat wisata terkenal, dilanda kegemparan. Kegemparan itu dipicu karena di pemandian khusus wanita, diganggu makhluk halus. Menurut para saksi, setiap ada wanita yang mandi, tampak sepasang mata melotot tajam. Akhirnya, pihak pengelola wisata mencari jalan alternatif dengan menghubungi seorang dukun terkenal.
Dari hasil ritual itu disimpulkan, bahwa mata itu adalah mata jin pria. Jin ini memiliki kebiasaan mengintip wanita mandi. Pada hari yang ditentukan, si dukun kontak dengan tetua jin setempat. Tetua jin ini laki-laki dan sangat disegani. “Saya ingin mengadu dan minta bantuan,” tutur si dukun, begitu bertemu dengan tetua jin. “Salah seorang penduduk Anda, telah mengganggu bangsa manusia. Ia suka mengintip wanita mandi di pemandian,” lanjutnya.
“Wanitanya dari mana?” tanya si tetua.
“Kebanyakan dari Surabaya. Ciamik-ciamik,” tutur si dukun.
Tetua jin manggut-manggut. “ Oke, Anda akan saya bantu, silahkan Anda kembali. Saya nanti menyusul. Pasti beres,” tutur tetua jin itu.
Begitu si dukun kembali, tetua jin lalu mengumpulkan penduduknya di balai pertemuan. Ia mengemukakan tentang memanggil seekor jin muda. Tetua memperhatikannya dengan seksama.
“Kamu suka mengintip mereka mandi?” tanya tetua jin.
“Ya, tetua,” jin muda itu tampak begitu gemetar. Ia membayangkan hukuman berat yang bakal dijatuhkan kepadanya.
“Asyik?” tanya tetua.
“...Asyik,” jawab jin muda, tubuhnya semakin gemetar.
Tetua jin manggut-manggut.
“Kalau begitu..,” kata tetua jin. “Kalau kamu mengintip lagi, jangan lupa aku diajak ya!” lanjutnya sambil berbisik. (Mashuri)

2 komentar:

Hendro Santoso mengatakan...

Ass Wr Wb Cak Mashuri, Saya suka karya Anda. Ingin saya belajar bagaimana menulis karya sastra yang baik. Saya kebetulan punya blog: mydiarycorner.blogspot.com dan itu dibuat hanya untuk menyalurkan hobi saya menulis segala perasaan, cerita pendek, puisi pokoknya hobi menulis saya tersalurkan. Blog nya juga mungkin masih sangat sederhana karena masih belajar. Bersediakah Cak Mashuri membantu saya mengomentari tulisan-tulisan saya dan juga mengajari saya agar blog saya jadi bagus. Alamat e-mail : Santosohendro@gmail.com

Wassalaam Wr Wb.

Hendro Santoso

mashuri mengatakan...

waalaikum salam. matur suwun. saya sudah dolan ke blog anda. saya sangat senang jika ada yang mengajak belajar bersama.