Minggu, 09 Desember 2007

sajak adammakna

Cerita Bunda yang Tak Pernah Membaca Adammakna

dalam kitab yang tak pernah kau baca, aku menemukan cerita; cerita yang sering kau dongengkan kepadaku ketika malam telah menjelma jubah hitam; malam yang mengurung sekaligus membebaskanku dalam gelap; aku pun seringkali bertanya, bagaimana kau bisa mengingat kisah-kisah di lembar yang tak pernah kau gelar di matamu, bagaimana kau bisa begitu detil menyentil kisah-kisah gumpil yang terwarta, bagaimana kau bisa padahal kau tak pernah membacanya, bagaimana…

sedangkan aku masih suntuk meraba; mendedah lakon-lakonnya seperti seorang kanak yang baru belajar mengenali alur yang terus mengalir di arus yang bernama waktu; berakrab dengan tunas, dengan nafas tetumbuh, dengan riuh permainan yang bergemuruh di pembuluh darah; bahkan pada tokoh-tokoh yang menjadi pilar dan berjalin kelindan dengan nasib, aku pun masih asing ---aku pun menghapalkannya, sebagaimana aku menghafalkan doa-doa yang kau titipkan kepadaku, agar aku mengingatnya: baik sebelum atau sesudah tidur; doa yang katamu, bisa melunturkan kisah-kisah sampah dan menguburkan kisah-kisah berhikmah di sanubariku...

dalam kitab yang tak pernah kau baca itu, aku mengenal diriku sendiri ---sebagaimana aku mengenal diriku ketika bibirmu mulai melisankan dongeng pengantar kantukku; aku pun bertugur di karang dan sendiri, menatap gelombang dan sendiri ---aku menjadi sosok yang berdiri di antara kata-kata yang berlompatan dari bibirmu dari otak dan perasaanmu, aku pun menjadi sosok dari aksara-aksara yang tertata di lembar-lembar lontar, terbias dalam pikiran dan nafasku; aku menjadi...

tapi sepi sering menjadikanku bagai tikus, aku diperaja di antara tetikus di antara sesawah, kekali, juga bilik yang pernah kau beri nama: sunyi... aku selalu merasa terasing dan sendiri, meski riuh suara bercericit, bagai pintu besi berkarat yang digebrakkan langit… langit hatiku; bahkan pada malam yang telah membungkusku dengan baju kegelapan, aku begitu sering tergagap... untuk menemukan suaramu dan tidak sendiri terpenjara dalam gelap, ah

aku begitu merindukan suaramu, suara-suara yang menuntunku untuk menemukan liuk jejalan, sesapa, juga kutipan-kutipan percakapan yang membuatku sering terpana: “bukankah segala peristiwa itu terjadi di antara kita, dibungkus dalam kata-kata yang bisa kita temukan dalam peta...”

tapi dalam kitab yang tak pernah kau baca itu, aku juga sering terbata; aku seperti berhadapan dengan diriku sendiri, bercakap dengan diriku sendiri, dan menjadi diriku sendiri ---meski ketika aksara itu berdiam, aku pun terpagut dalam malam, tenggelam dalam kubangan yang tak aku pahami, beku, bagai pelaut yang tercerabut dari laut tempatnya berdiri...

mungkin, dalam kitab yang tak pernah kau baca itu, dalam dongeng yang kau ucapkan dalam tidur-tidurku, kisah-kisah itu adalah kisah yang pernah mewarnai ingatanku, kisah yang pernah menjadi dasar dari perjalanan hidupku dan pernah aku lalui dalam waktu yang lain, dalam sebuah nasib... mungkin, karena itu aku sering begitu berkarib, juga sering terasing...

aku pun terhajar untuk menemukan makna adamku...

Sidoarjo, 2007

Tidak ada komentar: