Sajak-sajak Mashuri
Mata Tunggal Sang Pecinta
aku cintai senyap yang tumbuh sebagai sayap
kupu
warnanya ungu; beterbangan di tetaman kalbu
yang tak kunjung rindang
: kerna kesejukan telah berlalu
ke ujung pandang
ketika ulat terus menggeliat daun-daun,
kepompong pun ingkar janji ---dan sunyi
yang aku harap, tinggal gelap
bergelayut di akar-akar
pikiran, membelit langkah
‘tuk rayakan pesta warna
di mata tunggal
seorang pecinta yang gagal
Surabaya, 2008
kau berkisah bebuah lontar
aku teringat siwalan
lalu kita sama memanjat ingatan masing-masing
seperti seorang pembaca mengenal aksara asing
yang tertera di kertas usang
-juga dedaun yang dikeringkan
lalu kita berjemur di bawah terik
agar ada yang kekal dari kilat ingat kita
meski kita tahu antara lontar dan siwalan
sering saling berganti untuk melengkapi
tentang sebuah nama
Surabaya, 2008
aku angkat cawan kesekian di atas berpundi arak
ketika kita bersandar di meja
dan saling gelak: perihal nasib yang terus mengeja
arus renjana
kau bangkit lalu kau sorongkan mimpi bandit
ketika sang lanun, jiwa kita, harus berkendara ke langit
lalu mengutip sebuah kata
yang bisa membuat dunia terpeta, dalam ruang nyata
kita pun bersendawa: ‘kun’
arak pun tumpah di mata kita
dunia tampak tumpah ruah
Surabaya, 2008
2 komentar:
salam mas
saya sangat kagum dengan gaya menulis mas.. penuh liukan2 namun tidak keluar jalur..
mas kalo bisa berdiskusi ajari saya ya mas
terima kasih, kawan. oke mari belajar bersama. jika pean punya karya, kirim saja ke email saja atau diposting ke komentar ini.
Posting Komentar