Sajak Mashuri
seperti lazarus, seperti tokoh kita yang terbaring sepi
di ujung gang di ampel denta, atau seperti kisah-kisah
yang tercatat di beranda: ketika pencabut nyawa
harus kembali untuk menitipkan api, sambil bersabda
: bangkitlah kembali, jiwa yang penuh mimpi!
tapi kebangkitan kita terlalu rapuh dirumuskan
cawat-cawat kita telah beterbangan bak kupu-kupu
lalu kita hanya punya ulat yang terpintal di balik kelambu
kita telah dihardik demikian hina oleh waktu
dan kita tak bisa meragu untuk menunggu
kita hanya bisa berhitung lewat belatung yang menghisap
jasad kita ke inti tanah, kita hanya bisa meraba gelap
lewat cahaya yang terpancar dari luka
kita hanya bisa menerima, tanpa bisa memberi apa-apa
sebab segala rumah telah menjadi dunia istirah
segala jalan telah menjadi nyanyian
dan burung-burung begitu cabul membuhul sahwat
sampai kita tak lagi ingat, benarkah kita pernah tersesat
atau kita telah menatap kiblat dengan nikmat
segalanya membujur seperti kubur masa lalu, seperti batu
diam dan tenggelam di kalbu, seperti mata kita yang berlubang
dan terus berlubang meski arah telah berubah
dunia pun tumbuh lebihi peta…
kita mungkin mati dua kali, bahkan lebih
lalu mencuri kabar yang terpatri di dinding rintih: muasal neraka
juga sorga yang tercuri lewat gapura
untuk memberi satu penyangkalan: bahwa pohon masih mengenal
musimnya, bahwa sungai-sungai juga mengering
dan tak ada sungai bermata air susu, kecuali pada ibu
yang tak henti berlagu dendangkan tembang-tembang purba
tentang awal cinta, tentang derita
yang dikumparkan demikian indah
di mata, juga tentang sebuah sapuan basah bibir
tuk alirkan takdir yang tiada habisnya…
meski lewat air mata, lewat sedih dan duka yang abadi
kita mungkin mati dua kali, bahkan lebih
untuk memberi arti pada impian, juga kesunyian
yang tercuri dari batas waktu: tapal kematian
2 komentar:
Puisi ini lebih mengedepankan eksistensialisme. Ada usaha untuk mengada.Bumyi-bunyi retoris-romantisme pun menjadi bagian yang mengkonstruk isi puisi lebih utuh.
Salam!
www.kritiksastra.blogspot.com
terima kasih atas komentarnya. semoga dari komentar-komentar kita bisa mengkonstruksi sebuah kritik sastra yang cerdas
Posting Komentar